PENGERTIAN DAN KONSEP PENDAPATAN NASIONAL
Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional dapat
dilihat dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan nilai produksi, pendekatan
pengeluaran, dan pendekatan pendapatan. Ketiga pendekatan itu akan menghasilkan
jumlah pendapatan nasional yang sama besar. Karena ada tiga macam pendekatan
dalam melihat pendapatan nasional, maka pendapatan nasional memiliki tiga arti.
yaitu :
1. Nilai semua barang dan jasa (output) yang dihasilkan
suatu negara selama satu
tahun.
2. Jumlah semua pengeluaran yang terjadi pada suatu
negara untuk membeli barang dan jasa
selama satu tahun.
3. Jumlah semua pendapatan yang diterima pemilik faktor
produksi sebagai balas jasa
penggunaan faktor-faktor produksi pada suatu negara selama satu tahun.
Misalnya saja pajak masyarakat kepada pemerintah., hal
ini dapat dikatakan bahwa negara mendapatkan pendapatan nasional.
Pendapatan nasional dibagi
menjadi 6 bagian. yaitu:
Produk Domestik Bruto
Produk
Domestik Bruto disebut juga dengan istilah Gross Domestic Product (GDP). Produk
Domestik Bruto adalah jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan seluruh
masyarakat di suatu negara selama satu tahun, termasuk barang dan jasa yang
dihasilkan warga negara asing yang ada di wilayah negara tersebut. Sementara
itu, barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan atau warga negara tersebut yang
berada di luar negeri tidak dihitung ke dalam Produk Domestik Bruto.Misalnya
saja pajak yg di bayar masyarakat kepada pemerintah untuk membangun negaranya
setiap tahunnya.
Produk Nasional Bruto
Produk Nasional Bruto disebut juga dengan istilah Gross
National Product (GNP). Produk Nasional Bruto adalah jumlah nilai barang dan
jasa yang dihasilkan masyarakat suatu negara selama satu tahun, termasuk barang
dan jasa yang dihasilkan masyarakat negara tersebut yang berada di Negara lain.
Sedangkan barang dan jasa yang
dihasilkan warga negara asing yang berada di wilayah negara tersebut tidak
dihitung ke dalam Produk Nasional Bruto.
Misalnya saja perusahaan-perusahaan asing yang ada di Indonesia, seperti
PT.Toyota, yang memberikan sebagian dari hasil pendapatannya kepada pemerintah
Indonesia.
Produk Nasional Neto
Produk Nasional Neto disebut juga dengan istilah Net
National Product (NNP). Produk Nasional Neto adalah jumlah nilai barang dan
jasa yang diperoleh dengan cara mengurangi GNP dengan penyusutan (depresiasi).
Produk Nasional Neto dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
NNP = GNP – Penyusutan
Pendapatan Nasional Neto
Pendapatan Nasional Neto disebut juga dengan istilah Net
National Income (NNI). Pendapatan Nasional Neto adalah jumlah seluruh
pendapatan yang diterima masyarakat sebagai balas jasa faktor produksi selama
satu tahun setelah dikurangi pajak tidak langsung (indirect tax).
Besarnya Pendapatan Nasional Neto (NNI) diperoleh dari
NNP dikurangi pajak tidak langsung yang dirumuskan sebagai berikut :
NNI = NNP - Pajak tidak
langsung
Pendapatan Perseorangan
Pendapatan perseorangan disebut juga dengan istilah
Personal Income (PI). Pendapatan Perseorangan adalah jumlah pendapatan yang
diterima oleh setiap orang dalam masyarakat.Misalnya saja seseorang yang
bekerja akan mendapatkan pendapatannya sendiri.
Tidak semua Pendapatan
Nasional Neto atau Net National Income (NNI) akan sampai ke tangan setiap orang
dalam masyarakat. Akan tetapi, NNI harus dikurangi dulu oleh iuran asuransi,
iuran jaminan sosial, laba ditahan, pajak perseorangan dan ditambah dengan
transferpayment (pembayaran pindahan).
Dengan demikian, pendapatan
perseorangan (PI) dapat dirumuskan sebagai berikut :
PI = NNI - (Iuran asuransi, iuran jaminan sosial, laba ditahan, pajak
perseorangan) + Transfer Payment
Pendapatan Bebas
Pendapatan bebas disebut juga Disposible Income (DI).
Pendapatan Bebas adalah pendapatan yang sudah menjadi hak mutlak bagi
penerimanya. Jadi, pendapatan bebas adalah pendapatan yang sudah siap untuk
dibelanjakan.
Pendapatan bebas diperoleh dengan cara mengurangi PI dengan pajak langsung.
PERPUTARAN RODA PEREKONOMIAN
Pada materi perputaran roda perekonomian ini kita dapat
memahami berbagai perputaran yang terjadi didalam bidang ekonomi termasuk
pertumbuhan ekonomi, pengeluaran aggregat, pengeluaran konsumsi, pengeluaran
investasi dan masih banyak lagi. sekarang kita mulai pembahasan ini dari sector
pertumbuhan ekonomi seperti penjelasan dibawah ini.
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu negara biasanya dihitung
berdasarkan pertumbuhan ril dari GDP negara tersebut, yakni seberapa besar GDP
negara bertambah secara ril dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ini dihitung
dengan cara membagi nilai dari output suatu sektor ekonomi pada tahun tertentu
dengan nilai output sektor tersebut pada tahun sebelumnya dan dikali 100 %
kemudian dikurangi 100. Bila GDP mengalami pertumbuhan yang tinggi berarti
pendapatan masyarakat juga akan mengalami pertumbuhan yang tinggi, terlepas
dari siapa atau kelompok mana dari masyarakat yang menerima pendapatan
tersebut.
Pengeluaran Agregat (Aggregate Spending)
Seperti diterangkan diatas bahwa GDP dapat dihitung dari
sisi pengeluaran aggregate (Aggregate Spending) pelaku ekonomi dalam suatu
negara. Pengeluaran aggreaget ini sama dengan Permintaan Agregat karena
konsekuensi dari permintaan adalah adanya pengeluaran oleh rumah tangga,
investor, pemerintah dan eksportir untuk membeli barang dan jasa. Pengeluaran
Aggregate dapat dikelompokkan atas empat komponen, yaitu:
a. pengeluaran konsumsi rumah
tangga,
b. pengeluaran invesatasi
oleh pengusaha (bisnis),
c. pengeluaran pemerintah,
dan
d. permintaan luar negeri.
Berikut akan diuraikan satu persatu dari komponen Agregat
Demand atau Agregat Spending tersebut.
Pengeluaran Konsumsi
Merupakan bagian terbesar dari permintaan agregat yaitu
berupa permintaan dari konsumen terhadap barang dan jasa yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari. Konsumsi ini memegang peranan penting dalam perekonomian
menurut teori Keynesian karena akan menentukan output dan pendapatan masyarakat
suatu negara. Kontribusi konsumsi terhadap pembentukan GDP di Indonesia
diperkirakan sebesar 65% dari total GDP. Konsumsi dapat dibagi atas tiga
kategori yaitu barang tanah lama (durable goods) seperti mobil, barang tidak
tahan lama (nondurable goods), dan jasa (services). Dari sisi asal barang maka
barang dan jasa yang dikonsumsi oleh konsumen dalam negeri terdiri dari barang
produksi dalam negeri dan barang /jasa yang diproduksi oleh negara lain yang
diimport ke Indonesia. Dalam penghitungan GDP angka import ini harus
dikeluarkan dari angka GDP.
Pengeluaran Pemerintah
Yang termasuk dalam pengeluaran pemerintah adalah semua
pengeluaran pemerintah yang diperlukan agar roda pemerintahan dapat berjalan
dengan baik. Pengeluaran pemerintah ini tercantum dalam Anggaran Belanja dan
Pendapatan Nasional (APBN). Barang dan jasa yang dibeli oleh pemerintah tidak
dihitung nilai tambahnya (value added) seperti halnya pada barang konsumsi
karena barang dan jasa yang diproduksi oleh pemerinatah pada umumnya adalah
gratis. Pengeluaran pemerintah seperti uang pensiun (transer of payment) tidak
dihitung dalam GDP karena pengeluaran tersebut bukan merupakan pembelian
terhadap barang atau jasa yang baru diproduksi.
Pengelauran Investasi
Investasi adalah tambahan terhadap akumulasi modal
(physical stock of capital) ditambah dengan perobahan persediaan (inventory
changes). Tetapi transaksi saham tidak termasuk dalam penambahan stok modal.
Jadi investasi adalah aktifitas yang bisa meningkatkan kemampuan ekonomi dalam
memproduksi barang dan jasa dimasa mendatang. Contohnya adalah pembelian barang
investasi, peralatan, dan pembangunan rumah baru. Sewa dari tumah tersebut
dihitung sebagai konsumsi.
Permintaan Ekspor Bersih (Net Export)
Komponen terakhir dari GDP adalah net export yaitu
selisih antara export dan import (X – M). Export merupakan GDP dari dalam
negeri karena merupakan barang atau jasa yang diproduksi di dalam negeri,
tetapi tidak dikonsumsi di dalam negeri. Barang ekspor akan dibeli atau
dikonsumsi oleh rumah tangga, investor, atau pemerintah negara asing sedangkan
import adalah barang yang diproduksi di luar negeri, berarti adalah GDP negara
asing.
Dalam GDP yang dihitung adalah net ekspor untuk
menghindari penghitungan dua kali (double counting). Barang dan jasa yang
dibeli oleh rumah tangga, investor, dan pemerintah tidak semuanya diproduksi di
dalam negeri tetapi beberapa barang yang dibeli tersebut berasal dari luar
negeri. Jadi komponen pengeluaran aggeregate yang diuraikan diatas -
pengeluaran rumah tangga, investor dan pemerintah – sebagiannya adalah barang
yang diproduksi di luar negeri, berarti adalah GDP negara asing atau bukan
merupakan GDP Indonesia. Karena itu untuk mengkoreksinya maka ekspor harus
dikurangi dengan impor agar barang import tidak terhitung sebagai GDP kita,
karena yang termasuk dalam GDP Indonesia adalah konsumsi rumah tangga berupa
barang-barang produksi dalam negeri, ditambah dengan belanja barang investor,
ditambah belanja barang pemerintah dan ditambah dengan nilai barang yang
diekspor ke luar negeri. Barang-barang import yang telah dikonsumsi oleh
konsumen dalam negeri tidak bisa dihitung sendiri karena telah masuk dalam
perhitugan jumlah konsumsi. Nilai barang import ini tentu sama dengan jumlah
nilai barang yang diimport yang tercatat di Bea dan Cukai sehingga dengan
mengeluarkannya dari angka export maka sama dengan mengeluarkannya dari angka
konsumsi barang import.
METODE PENGHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
Ada tiga cara penghitungan pendapatan nasional, yaitu:
1) Metode Output (Output
Approach)
2) Metode Pendapatan (Income Approach)
3) Metode Pengeluaran (Expenditure Approach)
Metode Output (Output Approach) atau
Metode Produksi
Menurut metode ini, PDB adalah total output (produksi)
yang dihasilkan oleh suatu perekonomian. Cara penghitungan dalam praktik adalah
dengan membagi-bagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi (industrial
origin). Jumlah output masing-masing sektor merupakan jumlah output seluruh
perekonomian. Hanya saja, ada kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu
sektor perekonomian berasal dari output sektor lain. Atau bisa juga merupakan
input bagi sektor ekonomi yang lain lagi. Dengan kata lain, jika tidak
berhati-hati akan terjadi penghitungan ganda (double counting) atau bahkan
multiple counting. Akibatnya angka PDB bisa menggelembung beberapa kali lipat
dari angka yang sebenarnya. Untuk menghindari hal tersebut, maka dalam
perhitungan PDB dengan metode produksi, yang dijumlahkan adalah nilai tambah
(value added) masing-masing sektor.
Aktivitas produksi yang baik
adalah aktivitas yang menghasilkan NT > 0. Dengan demikian besarnya PDB
adalah:
Metode Pendapatan (Income Approach)
Metode pendapatan memandang nilai output perekonomian
sebagai nilai total balas jasa atas faktor produksi yang digunakan dalam proses
produksi.
Kemampuan entrepreneur ialah kemampuan dan keberanian mengombinasikan tenaga
kerja, barang modal, dan uang untuk menghasilkan barang dan jasa yang
dibutuhkan masyarakat.
Balas jasa untuk tenaga kerja
adalah upah atau gaji. Untuk barang modal adalah pendapatan sewa. Untuk pemilik
uang/aset finansial adalah pendapatan bunga. Sedangkan untuk pengusaha adalah
keuntungan. Total balas jasa atas seluruh faktor produksi disebut Pendapatan
Nasional (PN).
Metode Pengeluaran (Expenditure
Approach)
Menurut metode pengeluaran, nilai PDB merupakan nilai
total dalam perekonomian selama periode tertentu. Menurut metode ini ada
beberapa jenis agregat dalam suatu perekonomian:
1) Konsumsi Rumah Tangga (Household Consumption)
Pengeluaran sektor rumah
tangga dipakai untuk konsumsi akhir, baik barang
dan jasa yang habis dalam tempo setahun atau kurang (durable goods) maupun barang yang dapat dipakai lebih
dari setahun/barang tahan lama
(non-durable goods).
2) Konsumsi Pemerintah (Government Consumption)
Yang masuk dalam perhitungan
konsumsi pemerintah adalah pengeluaran- pengeluaran
pemerintah yang digunakan untuk membeli barang dan jasa akhir (government expenditure). Sedangkan pengeluaran-pengeluaran untuk tunjangan-tunjangan
sosial tidak masuk dalam perhitungan konsumsi pemerintah.
3) Pembentukan Modal Tetal Domestik Bruto (Investment
Expenditure)
Pembentukan Modal Tetap
Domestik Bruto (PMTDB) merupakan pengeluaran
sektor dunia usaha. Yang termasuk dalam PMTDB adalah perubahan stok, baik berupa barang jadi maupun barang
setengah jadi.
4) Ekspor Neto (Net Export)
Yang dimaksud dengan ekspor
bersih adalah selisih antara nilai ekspor dengan
impor. Ekspor neto yang positif menunjukkan bahwa ekspor lebih besar daipada impor. Perhitungan ekspor
neto dilakukan bila perekonomian
melakukan transaksi dengan perekonomian lain (dunia).
MASALAH DAN KETERBATASAN PERHITUNGAN PDB
a. Perhitungan PDB dan
Analisa Kemakmuran
Perhitungan PDB akan memberikan gambaran ringkas tentang
tingkat kemakmuran suatu negara, dengan cara membaginya dengan jumlah penduduk
(disebut PDB per kapita). Menurut PBB, sebuah negara dikatakan miskin bila PDB
per kapitanya lebih kecil daripada US$ 450,00. Berdasarkan standar ini, maka
sebagian besar negara-negara di dunia adalah negara miskin. Suatu negara
dikatakan makmur/kaya bila PDB perkapita lebih besar daripada US$ 800.
Kelemahan dari pendekatan di atas adalah tidak
memperhatikan aspek distribusi pendapatan. Akibatnya angka PDB per kapita
kurang memberikan gambaran rinci tentang kondisi kemakmuran suatu negara.
Misalnya, walaupun Amerika Serikat yang PDB perkapitanya US$ 29.080 (tahun
1997), namun negara itu masih terus bergelut dengan masalah kemiskinan dan
pengangguran, terutama di kalangan warga kulit hitam ataupun pendatang (kulit
berwarna). Bahkan secara absolut tampaknya jumlah penduduk miskin di Amerika
serikat akan bertambah.
Faktor utama pemicu gejala di atas adalah masalah
distribusi pendapatan.
Walaupun distribusi
pendapatan di USA relatif baik, tetapi belum sempurna untuk membuat seluruh
penduduknya menjadi makmur. Bahkan untuk faktor produksi non tenaga kerja,
terutama uang dan modal, distribusi penguasaannya sangat buruk. Pada tahun
1996, sekitar 46% aset finansial dikuasai hanya oleh sekitar 1% penduduk.
b. Perhitungan PDB dan Masalah
Kesejahteraan Sosial
Umumnya ukuran tingkat kesejahteraan yang dipakai adalah
tingkat pendidikan, kesehatan dan gizi, kebebasan memilih pekerjaan dan jaminan
masa depan yang lebih baik. Ada hubungan yang positif antara tingkat PDB per
kapita dengan tingkat kesejahteraan sosial. Makin tinggi PDB per kapita,
tingkat kesejahteraan sosial makin membaik. Hubungan ini dapat dijelaskan
dengan menggunakan logika sederhana. Jika PDB per kapita mkin tinggi, maka daya
beli masyarakat, kesempatan kerja serta masa depan perekonomian makin membaik.
Sehingga gizi, kesehatan, pendidikan, kebebabasan memilih pekerjaan dan jaminan
masa depan, kondisinya makin meningkat. Tapi dengan catatan, peningkatan PDB
per kapita disertai perbaikan distribusi pendapatan.
Masalah mendasar dalam perhitungan PDB adalah tidak
diperhatikannya dimensi nonmaterial. Sebab PDB hanya menghitung output yang
dianggap memenuhi kebutuhan fisik/ materi yang dapat diukur dengan nilai uang.
Sedangkan output yang tidak terukur dengan uang, misalnya ketenangan batin yang
diperoleh dengan menyandarkan hidup pada norma-norma agama/spiritual tidak
dihitung. Sebab, dalam kenyataannya kebahagiaan tidak hanya ditentukan oleh
tingkat kemakmuran, tetapi juga ketenangan batin.
Jadi kita tidak bisa serta merta mengatakan bahwa
kesejahteraan sosial di negara-negara kaya(Amerika Serikat dan Jepang) adalah
jauh lebih baik dibanding di negara-negara miskin (misal Bhutan dan Nepal).
Karena, tingkat kejahatan dan tingkat bunuh diri di negara-negara kaya tersebut
lebih tinggi di banding negara-negara miskin.
c. PDB Per Kapita dan Masalah
Produktivitas
Untuk memperoleh perbandingan produktivitas antar negara,
ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
1) Jumlah
dan komposisi penduduk : Bila jumlah penduduk makin besar, komposisi-nya
sebagian besar adalah penduduk usia kerja (15-64 tahun) dan berpendidikan
tinggi (> SLA), maka tingkat output dan produktivitasnya dapat makin baik.
2) Jumlah
dan struktur kesempatan kerja :
Jumlah kesempatan kerja yang
makin besar memperbanyak penduduk usia kerja yang dapat terlibat dalam proses
produksi. Tetapi komposisi kerja pun mempengaruhi tingkat produktivitas.
Sekalipun kesempatan kerja sangat besar, tetapi semuanya adalah kesempatan
kerja sektor pertanian, produktivitas pekerja juga tidak tinggi. Sebab sektor
pertanian umumnya memiliki nilai tambah yang rendah. Jika kesempatan kerja yang
dominan berasal dari sektor kegiatan ekonomi modern (industri dan jasa), maka
output per pekerja akan relatif tinggi, karena nilai tambah kedua sektor
tersebut amat tinggi.
3) Faktor-faktor
nonekonomi :
Yang tercakup dalam
faktor-faktor nonekonomi antara lain etika kerja, tata nilai, faktor kebudayaan
dan sejarah perkembangan. Jepang pantas menjadi negara yang produktif sebab
selain jumlah penduduk yang banyak, berpendidikan tinggi dan umumnya bekerja di
sektor modern, mereka juga memiliki etika kerja yang baik, menjujung tinggi
kejujuran dan penghargaan tergadap senior. Dan Jepang juga merupakan negara
yang selama kurang lebih 3.000 tahun terus menerus membangun dirinya menjadi
bangsa modern, walaupun pembangunan ekonomi modernnya baru dimulai dua abad
yang lalu.
d. Penghitungan PDB dan Kegiatan-kegiatan
Ekonomi Tak Tercatat (Underground Economi)
Angka statistik PDB Indonesia yang dilaporkan oleh Badan
Pusat Statistik hanya mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi formal. Karena itu,
statistik PDB belum mencerminkan seluruh aktivitas perekonomian suatu negara.
Misalnya, upah pembantu rumah tangga di Indonesia tidak tercatat. Begitu juga
dengan kegiatan petani buah yang langsung menjual produknya ke pasar.
Di negara-negara berkembang, keterbatasan kemampuan
pencatatan lebih disebabkan oleh kelemahan administratif dan struktur kegiatan
ekonomi masih didominasi oleh kegiatan pertanian dan informal. Tetapi di
negara-negara maju, kebanyakan kegiatan ekonomi yang tak tercatat disebabkan
oleh karena kegiatan tersebut merupakan kegiatan ilegal atau melawan hukum.
Padahal, nilai transaksinya sangat besar. Misalnya, kegiatan penjualan obat
bius dan obat-obat terlarang lainnya.